Senin, 28 November 2011

, ,

Langkah dari Jogja (1): Stasiun dan Mimpi

Akhirnya mimpi untuk ke Yogjakarta terpenuhi. Disamping urusan ini itu, kami juga mempergunakan waktu sebagai momentum liburan. Tepat hari Jum'at, Dua Puluh Lima November Dua Ribu Sebelas, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Kota Gudeg, Yogjakarta. Harapan, mimpi dan keinginan yang dibangun sekian lama akhirnya sampai ditujuan yaitu tujuan Bandung - Yogjakarta. :D. Berkelana menggunakan kereta api lodaya pagi kelas bisnis, kalau eksekutif bisa pergi tapi  nggak bisa pulang ha..ha.. Keadaan kereta api yang cukup baik yang menggunakan kipas angin diatasnya itu sudah lebih dari cukup. Kami bertiga siap berkelana dari kota Bandung menuju Yogja dengan kereta api . Lalu bersama tas ransel dan sendal gunung, ya saya siap! Sebenarnya berempat tapi kami akan bertemu dikota Jogja nanti. Ini bukan kali pertama kami menghabiskan waktu bersama, ini sudah kesekian kalinya bertamasya bersama. 

Kami memang terbentuk karena ikatan persahabatan. Awalnya dari sama-sama menjabat pemerintahan disuatu Himpunan Mahasiswa dan kini tetap menjalin keakraban setelahnya. Waktu memang yang memisahkan jarak diantara kami. Saya dan Sinta memang beda tempat kerja, namun tetap melanjutkan di kampus yang sama. Firza melanjutkan lagi disalah satu Universitas Swasta di Bandung. Bos a.k.a Moch. Arie kini tinggal di kota Solo menjalani kehidupan sebagai PNS Kementrian disana. Lydia kini sedang menikmati sebagai programmer di salah satu perusahaan telekomunikasi seluler di kota Tangerang. Sayangnya kali ini dia tidak menikmati kesempatan bersama kami karena pekerjaan. Intensitas bertemu yang sangat minimalis sekali tapi kami benar-benar memaksimalkannya.

Tiketnya memang Bandung-Solo, transit di Yogja.
Berangkat pada pukul delapan tepat. Dan salah satu teman saya datang dan masuk ke dalam keretapun tepat jam delapan. Bagaimana tidak was-was dan deg-degan. Masalahnya tiketnya sudah dibeli dan sayang dong kalau ketinggalan.  Dia kalau naik kereta kelas ekonomi juga ngga papa, ngga khawatir. *nyengir* Dia memang ontime sekali, sangat tepat waktu sampai nyaris tertinggal kereta. Sepanjang perjalanan mulut kami tidak berhenti bergerak, entah bercerita, ngemil, bahkan sesekali memperhatikan petugas makanan yang setia menawarkan makan pagi dan siang, intinya kami lapar! *nyengir*.

Setiap saya terlelap tidur, saya selalu dibangunkan oleh pedagang asongan yang tak berhenti menawarkan jajanan dan minuman serta makanan. Tanda saya harus membelinya tampaknya. Perut yang semakin bergejolakpun tak mengurungkan niat saya untuk tidak membeli makanan dulu. Akhirnya makanan kesukaan saya dijajakan di dalam gerbong kereta. "pecel..pecel". Untuk menahan lapar yang semakin menjadi akhirnya saya membeli pecal itu juga. Saya hanya beli satu dan untuk berdua. Bukan karena hemat atau pelit tapi memang tidak akan habis. Diantara kami, hanya saya yang senang pecel sayur dengan bumbu kacang khas pecal. 

Setelah delapan jam berlalu, akhirnya kami sampai di Stasiun Tugu, Yogjakarta. Ajib! Udaranya memang panas sekali ya, mandi keringat tentu membuat baju basah. Memang sudah lama semenjak saya tinggal di kota Bandung, belum pernah lagi merasakan udara sepanas ini. Rasanya menarik nafas panjang. Alhamdulillah kami selamat sampai tujuan. Stasiun membawa kami dalam harapan, mimpi dan keinginan yang terwujud. Dengan kecintaan kami pada traveling, kuliner dan  kecintaan saya dengan fotografi, semua momen ini akan diabadikan bersama lingkaran kecil lensa itu. Yogjakarta We're Coming.
..to be continue..

0 coment�rios:

Posting Komentar

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)