Rabu, 30 November 2011

, ,

Langkah dari Jogja (2) : Suasana Malam Jogjakarta


Mari Memulai Perjalanan
Stasiun Tugu, stasiun yang menjadi saksi kami singgah ke kota ini, oh Jogjakarta. 
Merintih sendiri, di tengah deru, hey…
Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi, abadi…
Sampai ke kota ini pun kami tak tahu harus menginap dimana. Akhirnya kami memutuskan untuk mencarinya langsung no reservation. Di luar stasiun sudah menanti tukang becak, andong, taksi atau bahkan taxi. Sebenarnya kami tinggal pilih mau naik apa sembari mencari hotel. Diam sejenak. "Yeahh jalan kaki". :D Kami memutuskan untuk berjalan kaki saja. Lagi-lagi bukan karena pelit, tapi uang pas-pas'an, hahaha. Malioboro? Iya jalan itu memang tak jauh dari stasiun tugu. Disanalah kami akan mencari penginapan. Sepanjang jalan terlihat begitu banyak baju batik yang akan dipakai untuk pribadi atau sebagai oleh-oleh. Tak hanya itu, terlihat becak sepeda berjajar disepanjang jalan dan juga lahan parkir khusus andong. Lagi-lagi kami tak tergoda, jalan kaki terus mengitari bumi malioboro. Kurang lebih setengah jam, berkelana kesana-kemari mencari tempat penginapan yang paling irit tapi nyaman, lalu tawar menawar dan keluar masuk gang demi gang. Sementara muka salah satu teman saya begitu lelah dan akhirnya "Udahlah yang mana saja". Secara cowok pasti males tuh kalu diajak berkelana. Sabar ya :)

Akhirnya setelah cukup lama berkelana, kaki pegal, rasanya ingin segera rebahan. Dengan pilihan terakhir dan memutuskan memilih penginapan ini saja. Iya penginapan yang tak jauh dari Malioboro dan suasana penginapannya tetap bernuansa Jogjakarta.
Hotel Jogja
Sekitar pukul Enam sore, kami bertiga memilih untuk berjalan-jalan disekitar malioboro, sambil menunggu salah satu teman kami di stasiun tugu. Bos yang datang langsung dari kota Solo menuju Jogjakarta. Perut yang semakin bergejolak, makanan sekitar begitu menggoda. Dengan rasa kebersamaan kami, kami memutuskan untuk makan bersama-sama. Amazing ya! Kebersamaan :D. Padahal sudah satu jam dari mencari penginapan kami belum juga makan. 

Ini suasana yang saya suka dari Jogjakarta, sepi dan alon-alon. Sepanjang jalan kami bercerita tentang kendaraan di sini. Memang benar mottonya "alon-alon asal ngalkon",  sungguh benar-benar pelan sekali pengendara disini. Dapat disimpulkan 20-40 km/jam. Santai dan menikmati sekali suasana Jogjakarta. Tidak terlalu panas, masih ada angin semilir disini. 
Disini terkenal dengan angkringan dan kopi jos. Sambil menunggu, kami memutuskan untuk mengganjel perut dengan gorengan dan juga kopi di angkringan tugu Jogjakarta, tepat di samping stasiun tugu. Duduk bersila dengan tiker terbentang, suasana disini masih belum ramai masih pukul setengah tujuh saat itu. Kopi jos memang kopi yang dicampur dengan arang, bisa dibayangkan rasanya pahit menggelintir. Mungkin saya bisa mengambil kesimpulan, seperti minuman extra jos. Ketika dicelup langsung jos, keluar soda. Iya mungkin seperti itu. Sembari menunggu, kami bertiga tertawa, bercerita dan tak lupa berfoto ria. Dari sekian banyak pengamen jalanan yang menghampiri kami, saya terkesima dan menikmati sekali dengan kehadiran dua orang yang tak lagi muda. Alunan musik Jogja dengan alat-alat musik tradisional. Ini yang saya tunggu dari Jogja. Walau kami tak tahu jelas artikulasi dan juga artinya, yang penting enjoy. Benar merasakan sedang di kota Jogjakarta. 
Angkringan Pojok Tugu
Masih dihari yang sama, pukul tujuh lewat akhirnya Bos keluar juga dari stasiun tugu. Dia semakin makmur saja disana terlihat dari bentuk badannya yang semakin wow lah *nyengir. Berbeda dengan kami bertiga, tetap sehat juga, merdeka tapi tidak makmur. *cheers 
Kedatangan dia kesini akhirnya melepaskan rasa lapar yang mendera dan memilih makan di tempat makan lesehan jl. Malioboro. Berhubung dari kami semua berbeda selera, bukan mengejar gudeg tapi tetap tertuju pada ayam bakar dan juga ayam goreng. 

Setelah makan bareng, kami berempat memutuskan untuk berjalan kaki menikmati suasana Jogjakarta. Sayangnya firza memilih untuk nonton bareng klub bola kesayangannya, jadi hanya kami bertiga. Berjalan terus melihat kanan kiri dan kedepan tentunya, ramai tanpa polusi udara hanya ada bau kurang sedap dari andong ;). Menikmati udara dan suasana muda di kota ini. Beragam suku bangsa ada disini, dari bahasa Jawa, Sunda, Sumatera ataupun Sulawesi. Kami tetap menggunakan bahasa Sunda untuk berkomunikasi, biar tidak tahu kalau mau minta diskon. *nyengir

Jl. Malioboro
  Kami berjalan melewati sepanjang jl. Malioboro lalu memasuki Jl. A.Yani dan melihat Pasar Bringharjo yang akan menjadi sasaran tembak untuk belanja besok. Lalu menuju Benteng Vredeburg. Disekitar jl. A.Yani terdapat Istana Kepresidenan Yogjakarta. Di luar istana terdapat taman dan tempat duduk sebagi tempat berkumpulnya anak-anak ABG atau anak-anak muda dengan komunitas tertentu. Karena sudah cukup lelah akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak tak lupa sambil mengekspresikan wajah dalam kamera kesayangan saya. Nah disini kami bertiga janjian bertemu dengan sesepuh IF, Bang Ichan. *peace. Bukan sesepuh IF melainkan senior kami saat kuliah di tempat yang sama. Dia sekarang penghuni kota ini. Bercerita dan bercengkrama, maklum lama tidak bertemu. Setelah cukup lama menikmati taman disekitar sini, kami memilih kembali berjalan menuju alun-alun utara kota Jogjakarta. Iya sepi belum terlihat persiapan malam satu suro disana. Hanya berkeliling-keliling, dan memutuskan untuk segera mengakhiri perjalanan. Pegel bo. Tanpa terasa sudah pukul setengah dua belas malam. Bergegas kembali ke penginapan. Suasana malam Jogjakarta, sudah mulai bisa beradaptasi. *cheers

Bergaya Ria

2 komentar:

  1. berasa ke jogja neh

    btw, Vi... nanti tulisannya lebih digedein ya sama jarak... biar gak pusing bacanya. hehehe
    :D

    BalasHapus
  2. haha justru baca tulisanmu gede2 banget :))
    okeee

    BalasHapus

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)