Kamis, 09 Februari 2017

,

Belajar Pada Keadaan

Bicara soal kata memaafkan, itu adalah sebuah rangkaian huruf yang simpel tapi memiliki arti yang mendalam. Bagi sebagian orang yang memiliki masa lalu dalam kenyataan pahit, kejadian, atau hal-hal yang memerlukan kata maaf dan memaafkan adalah hal yang sangat sensitif. Mudah mengucapkan namun terkadang hati bertolak belakang. Mungkin, lebih menghargai perasaan orang lain sih ketimbang perasaan diri sendiri. 

Saya bersyukur karena terlahir menjadi anak perempuan pertama dan memiliki dua orang adik laki-laki. Terlahir untuk bisa menjadi panutan adik-adik saya. Bagaiman cara bersikap dan menyikapi. Karena saya yang menjadi tolak ukur mereka. Mereka akan mengatakan hal yang sama "Ahh kakak juga sama gitu", atau "tuh kan nggak mau maafin" atau sebagainya.  Kalau cerminan mereka adalah saya. Itu mengapa dua kata tersebut menjadi hal yang penting dalam pribadi saya. Ketika mereka berbuat salah, saya harus bisa memaafkan mereka, mereka menyinggung hati saya, atau ketika saya salah, ketika saya berbuat salah pada orangtua, saya harus bisa meminta maaf. Itu akan menjadi contoh juga kan untuk mereka. Toh, secara tidak langsung itu menjadi hal yang terbiasa. Tapi tetap harus menyadari kesalahannya dan harus ikhlas memaafkan. Walau sebenarnya ikhlas itu tak perlu diucapkan secara lisan.

Syukurnya, saya adalah yang mudah memaafkan orang lain, itu karena saya lebih senang berteman dengan sukarela daripada memperbanyak musuh. Sekalipun mereka menyakiti saya, saya selalu mencoba memaafkan. Itu mungkin termasuk kebiasaan saya yang selalu saya lakukan secara tidak sengaja untuk saling mengajarkan dan memahami. :) Saya belajar banyak soal memaafkan pada masa lalu saya.  

Suatu hari saya dihadapkan dengan sebuah situasi yang saya rasa sulit untuk memaafkan. Bicara soal masa lalu dengan seseorang mungkin bagi sebagian orang adalah hal buruk tapi tidak dengan saya. Saya belajar dari masa lalu agar bisa tegap berdiri menyongsong masa depan. Keadaan tersebut hadir ketika setiap manusia ditakdirkan untuk bisa saling menyayangi. Dan.. ketika perasaan itu dihancurkan karena ketidaksadarannya sendiri. Ia menggandakan rasa sayangnya sendiri. Hancurnya mungkin seperti gelas jatuh lalu terinjak. Kecewa, sedih, marah, terluka, sakit hati, dan kesal itu pasti. Semua impian-impianpun ikut pupus seketika. Kemudian ia memilih pergi dan meninggalkan semua dengan jejaknya. Ini, lebih pada soal kepercayaan. Saat kepercayaan hancur saat itu pula hubungan itu berakhir. Ya, mungkin itu lebih tepatnya. Tapi kami tidak ingin mengakhirinya. Saya membiarkan semua tetap berjalan seperti sedia kala. Menerima raganya dalam pikiran yang sempit. Menerima hadirnya dalam tatapan yang kosong. Melihat kebahagiaan baru tapi tidak untuk saya. 

Tak pernah ada niat sedikitpun ingin membenci, maka saya membiarkan keadaan ini tetap seperti ini. Aku tak memaksa diri untuk menghapusnya. Saya tak menghapus semua masa lalu saya dalam sebuah tempat bernama "RECYCLE BIN". Saya tetap simpan dalam FOLDER di sebuah Drive. Karena saya yakin sewaktu-waktu komputer saya akan rusak, dan sistem sendiri yang menghapusnya. Akan seperti di FORMAT, takkan bersisa sekalipun di RESTORE. Semua akan hilang dengan sendirinya jika kita bisa memaafkan orang lain atau suatu kejadian.

Untuk apa saya melakukan semua ini? Saya berkaca pada diri sendiri. Sanggupkah memaafkan diri sendiri saat keadaan itu terjadi? Toh, yang sulit sebenarnya memaafkan diri sendiri dan tidak menyalahkan orang lain. Sebenarnya cara orang berbeda-beda untuk menyikapi kata "MAAF dan MEMAAFKAN". Itu tergantung kita. Akan terus hanyut dalam rasa bersalah karena takut untuk meminta maaf atau rasa enggan memaafkan orang lain atau bahkan hidup kita sendiri. Karena itu saya belajar, belajar pada kehidupan dari masa lalu. Sesungguhnya ketika kita bisa memaafkan orang atau keadaan dengan ikhlas, maka beban hidup akan semakin berkurang, kita bisa mengobati luka kita sendiri, dan senyum kebahagian di dunia ini akan terus bertambah.. :)

Syukriya! ;-)





#Untuk1Minggu1Cerita

Gambar:http://image-serve.hipwee.com/wp-content/uploads/2014/08/positive-thoughts-hd-wallpaper-4.jpg

12 komentar:

  1. "Sesungguhnya ketika kita bisa memaafkan orang atau keadaan dengan ikhlas, beban hidup akan semakin berkurang, kita bisa mengobati luka kita sendiri, dan senyum kebahagian di dunia ini akan terus bertambah"


    Setuju <3

    BalasHapus
  2. Memaafkan sih sebenernya mudah, cuma susah buat nglupainnya.*hehe...

    BalasHapus
  3. iyaahh heuheueuhu jangan coba dilupakan biarkan aja waktu yang menghapus :)

    makasih sudah berkunjung

    BalasHapus
  4. Yup memaafkan, semoga kita juga dimaafkan olehNya :)

    BalasHapus
  5. "Toh, yang sulit sebenarnya memaafkan diri sendiri dan tidak menyalahkan orang lain."

    ---> ini sepakat bgt. Kalo kita sakit hati/marah, paling gampang dan cepat kalo mencari orang lain untuk disalahkan (walopun seringkali orang itu benar bersalah).
    -Tatat

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa mba tatat.. 🙏🙏 harus sering intropeksi, mgkn kadang2 salahnya ada di kita huhu

      Hapus
  6. memaafkan itu memang terdengar sederhana, namun kurang aplikatif bagi beberapa orang yang kurang bisa memaafkan. huh..

    BalasHapus
  7. heyy karena saya selalu percaya kalau manusia bias memaafkan langkah kita kan semakin mudah. :) ada yang memudahkan dan dimudahkan.

    Aamiiin

    BalasHapus

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)