Jumat, 17 Februari 2017

, , ,

DANGAL | Sisi Gulat Keluarga || Review Film

Mungkin bagi sebagian orang yang dulu sering menonton film bollywood kenal dengan nama besar Aamir Khan. Film yang hits di tahun 2000-an, 3 Idiots dan tahun 2014 dengan judul PK. Boleh dibilang film-film Aamir Khan banyak menitipkan pesan di dalam filmnya termasuk dua diantaranya. Dua tahun selesai memerankan tokoh PK di film PK, Aamir kini tertarik untuk memproduseri dan bermain sebagai peran utama di film terbarunya DANGAL, akhir tahun 2016. Saat film ini rilis, film ini diprediksi mampu meraih sukses dan mencapai box office yang juga arahan dari sutradara ternama, Nitesh Tiwari.

Film Dangal ini merupakan film drama keluarga yang mempunyai kemasan yang pas dan menarik. Ada cinta, kasih sayang, sedih, bahagia, kerja keras, perjuangan, dan juga kesan lucu di dalamnya. Film ini ternyata bisa menarik hati para penontonnya, terutama di Indonesia yang tayang dalam waktu singkat.

Film Dangal ini adalah film biografi yang diangkat dari kisah nyata Mahavir Singh Phogat, mantan pegulat yang pernah menjadi juara nasional. Kegagalannya melanjutkan karir ke tingkat internasional, membuat dia banyak berharap suatu saat anak laki-lakinya mampu meneruskan mimpinya. Dia memiliki empat orang anak, namun tak satupun laki-laki. Akhirnya dia pun menyerah. Tuhan berkehendak lain, memupuskan harapannya. Suatu ketika dia dihadapkan dengan tindakan kedua anak perempuannya yang berkelahi dengan laki-laki. Awalnya sempat merasa putus asa, akhirnya Mahavir memutuskan untuk melatih kedua anak perempuannya, Geeta dan Babita sebagai pegulat. Dangal sendiri berarti "kompetisi gulat".

Aamir memainkan tokoh Mahavir dengan sangat baik. Totalitasnya pun tidak diragukan, buktinya dia berhasil memenangkan pemain pria utama terbaik di Filmfare Award 2016 dengan mengalahkan pemain-pemain muda lainnya. :) Film ini berdurasi cukup panjang sekitar 160 menit, tapi tidaklah membosankan. Dimulai dari cara istri dan ke-4 anaknya menghormati Mahavir yang cukup tegas dan cara Mahavir mendidik anak-anaknya dengan tegas dan penuh kasih sayang. Aamir berhasil memperlihatkan sosok sang Ayah yang berkharisma. Di film ini tampak bagaimana Mahavir memberikan arahan-arahan bermain gulat kepada kedua anak perempuannya. Bahwa ternyata bermain gulat adalah olahraga yang alot, perlu kerja keras, dan stamina yang baik. Film ini juga ikut menggambarkan bagaimana pandangan masyarakat setempat terhadap perempuan yang bermain dan mengikuti kompetisi gulat.

Di sini juga menggambarkan peran orangtua terutama Ayah yang memaksakan keinginan anaknya untuk meraih masa depannya melalui usaha Ayahnya. Dirasa memiliki bakat, Ayahnya meyakinkan mereka bahwa semua ini adalah terbaik untuk mereka. Satu hal, kadang keinginan orangtua dan anak suka bertolak belakang. Ingin sekali menentang tapi tidak bisa, ini dikaitkan juga dengan adat dan budaya. Merasa sangat menghormati Ayahnya sehingga mereka rela mengikuti keinginannya untuk bergulat walau dengan penuh penghinaan apalagi di usia mereka yang masih muda.

Hasil kerja kerasa Mahavir dengan teknik-teknik gulat yang dia miliki membawa kedua anaknya berhasil menaklukkan arena pasir bergulat. Lalu, dia tidak pantang menyerah dengan mimpinya untuk membawa anaknya dalam kompetisi nasional dan internasional. Meskipun dunia mempertanyakan tentang usahanya membuat kedua anak perempuannya menjadi pegulat.

Film ini banyak menitipkan pesan. Bagaimana menjadi keluarga dan bersikap profesional ketika menjadi pelatih gulat. Kontroversipun banyak muncul di sana. Kesedihan dan bahagia muncul saat Geeta berhasil membuat ayahnya bangga memenangkan kompetisi nasional. Perubahan arena pasir menjadi arena matras. Semua trip dan trik ia keluarkan untuk Geeta. Bagi Geeta, Mahavir bukan sekedar pelatih tapi juga sekaligus Ayah yang melatihnya dengan penuh kasih sayang. Saat Geeta melanjutkan prestasinya di asrama atlet, ia dihadapkan dengan pelatih yang bertolak belakang dengan Ayahnya. Materi yang pernah diberikan Ayahnya dianggap kuno oleh sang pelatih. Pelatih memberikan materi gulat baru saat masa pelatihan. Terkadang ini yang membuat Geeta menjadi dilema. Haruskan mengikuti pelatih atau Mahavir. Di satu waktu Geeta memiliki keinginan untuk mendapatkan kebebasan dalam segala hal, karena selama ini dia berada dalam otoritas Mahavir. Terutama dalam memilih masa depannya sendiri. Ini juga yang membuat Geeta dan Mahavir kemudian berselisih. 

Bheege naina, jo saanjhe khwaab dekhte the. Naina, bichhad ke aaj ro diye hain yoon. -Arijit Singh-Naina
Mata yang basah yang biasa untuk berbagi mimpi-mimpi. kini mata itu menangis dalam perpisahan

Lalu, akankan Geeta dan Babita dapat melanjutkan mimpi sang Ayah ke tingkat Internasional?

Film Dangal berhasil memberikan sentuhan-sentuhan keluarga di dalamnya. Ada pesan bahwa tak selamanya orangtua akan ada terus untuk bersama kita. Itulah mengapa banyak pesan yang diberikan mereka pada kita. Mereka mengajarkan bagaimana cara kita ketika dihadapkan pada suatu permasalahan. Tanpa sadar terkadang kita juga melupakan kehadiran orangtua saat kita merasa memiliki segalanya. Padahal, untuk membuat kita memiliki segalanya juga karena orangtua. Pesan gulat dalam keluarga adalah setiap usaha dan kerja keras itu akan mendapatkan hasil yang sesuai apalagi dilengkapi dengan cinta dan kasih sayang orangtua yang tulus. Pesan ini juga membuat Dangal menjadi film terbaik di India tahun 2016. Pemeran Geeta dan Babitapun berhasil diperankan dengan baik.  Aamir Khan dan tim berhasil menaklukkannya. :)

Namaskar... ;)

gambar: https://i.jeded.com/i/dangal.58073.jpg

DANGAL | 2016 | Sutradara: Nitesh Tiwari | Penulis Naskah: Nitesh Tiwari, Piyush Gupta, Shreyas Jain, Nikhil Meharotra | Pemain: Aamir Khan, Sakshi Tanwar, Fatima Sana Shaikh, Sanya Malhotra, Zaira Wasim, Suhani Bhatnagar, Aparshakti Khurrana |

0 coment�rios:

Posting Komentar

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)