Senin, 19 Maret 2018

,

Menikmati Pagi di Kebun Raya Bogor

Sudah sering berkunjung ke Kebun Raya Bogor? Bagi saya, ini kali pertama saya menikmati pagi di Kebun Raya Bogor yang asri. Berawal dari keperluan dinas mengunjungi Bogor selama 3 hari, saya memutuskan harus berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Hotel tempat kami menginap sangatlah dekat, bersebrangan dengan pintu masuk 3 Kebun Raya Bogor, sebrang Lippo Plaza Bogor Jalan Padjadjaran. Pintu masuk Kebun Raya Bogor pun ternyata ada 4. hehe Mungkin karena besar jadi dari semua mata anginpun bisa.  Kebun Raya Bogor atau Kebun Botani Bogor adalah sebuah kebun botani besar yang terletak di Kota Bogor, Indonesia. Luasnya mencapai 87 hektar dan sudah memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Kebun ini terkenal dengan tumbuhnya bunga bangkai (Amorphophalus titanum) selain karena memiliki bau yang cukup menyengat, jika mekar bunga ini dapat mencapai ketinggian 2 meter dan merupakan bunga majemuk terbesar di dunia tumbuhan. 

Dulu, akibat peperangan yang terjadi di Eropa menyebabkan Belanda mengalami kelesuan, Kerajaan Belanda pun mengembangkan ilmu pengetahuan, maka dikirimlah Cornelis Theodorus Elout, dan G.A.G.P. Baron van der Capellen ke Indonesia dengan Prof. Caspar George Carl Reinwardt selaku penasehat berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda, yang diangkat menjadi Direktur Pertanian, Seni, dan Pendidikan untuk Pulau Jawa. Singkat cerita, Reinwardt langsung memulai riset dalam bidang ilmu tumbuh-tumbuhan, Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan dan menganggap eksplorasi tumbuhan dan masalah pertanian juga merupakan tugasnya di Hindia Belanda. Kemudian Ia memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di sekitar halaman Istana Bogor yang sebelumnya didiami oleh Letnan-Gubernur Thomas Stamford Raffles bersama isterinya Olivia Mariamne Raffles selama masa peralihan dari Pemerintah Inggris ke Kerajaan Belanda di Pulau Jawa pada tahun 1811 sampai 1816. Melalui bantuan seorang ahli botani William Kent, lahan yang awalnya merupakan halaman Istana Bogor dikembangkan menjadi sebuah kebun yang cantik. Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya yang sekarang.. Sejarah lengkapnya bisa cek di website LIPI ya, terlalu panjang untuk diceritakan 😁


Saya memilih untuk berjalan kaki mengelilingi kebun raya. Bersih dan sejuk itulah yang pertama kali saya rasakan di sana. Kebun Raya ini memang menjadi salah satu objek wisata yang harus dilestarikan dan kini memang sudah dikelola oleh LIPI. Tanaman yang ditumbuh di sanapun beraneka ragam. Saat saya masuk ke halaman kebun raya terlihat rerumputan hijau yang luas rasanya ingin sekali tidur-tiduran di sana hahhaa. Awalnya saya ragu untuk menginjakkan kaki di sana tapi ternyata wisatawan boleh menginjak asal tidak merusak tanaman di sekitarnya. Ada 15 aturan atau tata tertib yang wajib dipatuhi selama berada di sana. Ada hamparan  taman luas yang bernama Taman Astrid. Ternyata taman tersebut diambil dari nama seorang permaisuri dari Belgia. Di sekitar taman ini juga ada sebuah kolam serta jalan yang memiliki nama yang sama yakni Kolam Astrid dan Jalan Astrid. Jalan Astrid merupakan sebuah jalan yang dipenuhi oleh bunga-bunga Tempat menarik lain di sekitar Taman Astrid adalah sebuah kafe bergaya Eropa. Kafe tersebut diberi nama Kafe Dedaunan dan merupakan satu-satunya kafe di Kebun Raya Bogor. Nuansa Eropa di kafe ini mungkin dimaksudkan sebagai pengingat kepada pengunjung bahwa Kebun Raya Bogor dibangun oleh orang Eropa (Belanda). [1]

Disebelah Taman Astrid terdapat Kolam Astrid yang ditumbuhi oleh teratai raksasa atau nama latinnya Victoria Amazonica. Tanaman ini bukanlah asli flora dari Indonesia. Habitat asli berasal dari sungai Amazon di belahan Selatan Benua Amerika. Saya baru melihat teratai selebar itu. hehe Lebar daunnya bisa mencapai 3 meter lho. Konon katanya, jika ada seorang bayi atau anak usia 3 tahun diletakkan pada daunnya, maka ia tidak akan tenggelam. Ini karena daunnya cukup tebal. Teratai ini masih banyak tumbuh di Kebun Raya ini. Semoga mereka tetap lestari.




Selama di sana tak perlu khawatir akan tersesat karena banyak petunjuk jalan yang akan mengarahkan kita ke tempat yang dituju. Setelah dari taman astrid saya memutuskan untuk pergi mengunjungi jembatan merah yang juga jadi icon Kebun Raya Bogor selain bunga bangkai. Konon, jembatan merah memiliki mitos turunan  jika sepasang kekasih melintasi jembatan ini maka hubungan mereka tidak akan berlangsung lama. Wah, gimana rasanya ya putus karena setelah melewati jembatan merah ini.  Namun sebaliknya, bila berjalan di Jembatan Cinta bukan bersama kekasih melainkan hanya teman, jika berpacaran dipercaya akan langgeng dan bahkan bisa sampai ke jenjang pernikahan. Tapi jangan sampai melewati jembatan ini menjadi alasan untuk putus dari pacar ya. hehehe upps 😎 Sebenarnya tidak ada yang tahu pasti sejak kapan mitos ini muncul di masyarakat, namun yang pasti ketika zaman penjajahan Belanda, jembatan ini dipenuhi dengan mayat-mayat para pejuang yang mati memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. hihi serem juga ya...


Oh iya sebelumnya saya menemukan pohon yang batangnya dikelilingi oleh akar-akar, ini disebut pohon Tarzan. Iya sekilas tidak tampak namun jika diperhatikan ada banyak untaian akar yang bergelantungan. Mungkin kenapa pohon ini disebut pohon tarzan. :D Setelah dari Jembatan Merah kami terus berjalan mengitari kebun yang luas ini. Di area ini semua jenis tumbuhan dan pepohonan tumbuh subur. Mulai dari jenis kacang-kacangan, tanaman hias, anggrek, tanaman buah, tanaman air, tanaman palem, pohon pandan, beringin, pohon kelapa, dan tanaman merambat. Selain karena takjub saya juga merasa seperti mengulas kembali pelajaran biologi lengkap dengan nama latinnya, misalnya Cocos nucifera. hehe Ada yang bisa tebak nama latin dari apa?

Pohon Tarzan
Pohon Pandan


Tujuan akhir kami adalah pada museum zoologi. Museum ini letaknya dekat pintu masuk utama. Sebelum sampai di sana saya melihat adan bangunan kecil seperti tugu. Bangunan tugu putih yang mirip gazebu melingkar dengan nuansa klasik eropa ini ternyata adalah tugu cinta yang didirikan oleh Raffles untuk istrinya Lady Olivia Mariamne.  Lady Olivia Mariamne meninggal akibat penyakit malaria pada tanggal 26 November 1814. Konon, Istri Raffles ini  merasa senang berada di lingkungan Kebun Raya Bogor. Maka untuk mengenang istri yang begitu dicintainya, Raffles pun membangun sebuah tugu di tempat favorit mendiang sang istri. Raffles ternyata menyimpan sisi yang romantis. Di tugu tersebut ada sebuah puisi yang bertuliskan: "Oh thou whom neer my constant heart, One moment hath forgot, Tho fate severe hath bid us part Yet still - forget me not" yang  memiliki makna "kau yang tak pernah satu kalipun terlupakan oleh detak jantungku. Takdir keji telah memisahkan kita. Namun, jangan pernah lupakan aku". ❤ [2]


Sebelum tiba di Museum Zoologi ada gedung laboratorium, salah satunya adalah Laboratorium Treub yang masih bergaya klasik Eropa. Ternyata Laboratorium Treub ini dibuka pertama kali pada tanggal 1 Desember 1884 oleh Melchior Treub yang difungsikan untuk penelitian tumbuhan tropis. Saat ini laboratorium treub difungsikan sebagai sarana penelitian konservasi ex-situ. [3] Nama laboratorium ini diambil dari nama salah satu direktur Kebun Raya Bogor yakni Melchior Treub. Ia juga merupakan seorang ahli botani. Milchior Treub adalah pendiri dari Buitenzorg Landbouw Hogeschool yang merupakan cikal bakal dari Institut Pertanian Bogor. [4]



Kebun Raya bogor ini selain memiliki berbagai koleksi tanaman juga memiliki museum fauna atau Zoologi, di dalamnya terdapat beberapa kerangka dan jenis binatang yang diawetkan, diantaranya:  burung, kepiting, serangga, ikan, dan lain sebagainya. Dulu, Museum ini bernama Landbouw Geologisch Laboratorium dan arsitektur bangunanya pun masih seperti zaman Hindia Belanda. Seiring dengan perkembangannya, Museum Zoologi mengubah namanya sesuai dengan fungsinya.

Mungkin pengetahuan saya tentang dunia hewan tak seluas museum ini. Banyak hal yang tak saya ketahui karena begitu banyak jenis hewan sejenis yang menarik perhatian saya, seperti berbagai macam jenis orang utan, kucing, harimau, kupu-kupu, burung-burung yang tak umum hidup di daratan Indonesia. Banyak jenis satwa di museum ini yang mungkin baru di ketahui pengunjung setelah melihatnya di Museum Zoologi. Koleksi satwa di museum ini memang mengesankan karena beberapa satwa jarang ada di dalam pustaka atau mungkin mereka sudah punah atau hampir punah. 







Di museum ini juga terdapat badak yang usianya sudah 102 tahun sejak ditemukan tahun 1914 lalu. Badak ini merupakan badak terakhir di priangan, agar badak tersebut masih bisa diteliti dan dilihat oleh banyak orang, akhirnya pemerintah Kolonial Belanda saat itu memutuskan untuk menembak badak dan mengawatkannya.[5]  Rasanya tak lengkap jika tidak melihat Kerangka Paus Biru (Balaenoptera Musculus) di sini. Menurut informasi yang saya baca, Rangka Paus sepanjang 26 meter ini berasal dari paus yang terdampar di Pantai Pameungpeuk, Garut tahun 1916. Dari tempat terdamparnya ini, kerangka Paus yang mencapai berat 6.5 kilogram tersebut diangkut dengan gerbong kereta api ke Bogor dalam perjalanan selama 44 hari. Nah, informasi juga diperlukan waktu kurang lebih 1 tahun untuk mmebersihkan dan menyusun kembali rangka tersebut. Menarik dari museum ini adalah belajar mengenal mereka dari jenis dan habitatnya. Ayo bawa anak-anak ke sini!








Selain tempat-tempat yang saya kunjungi di atas, masih ada tempat-tempat menarik di Kebun Raya ini seperti, Taman Gunting, Makam Belanda, Tugu Reinwardt, Taman Meksiko, dan lain-lain. Kebun Raya ini juga memiliki toko yang menyediakan berbagai macam bibit tanaman dan sekedar oleh-oleh untuk orang tersayang. Kisaran harga tak perlu khawatir, pas di kantong kita. 😀

Kebun Raya ini buka setiap hari mulai pukul 07.30-16.00 WIB dengan tiket masuk Rp14.000/orang, kita sudah bias menikmati semua yang ada di sana. Jika menggunakan roda empat dikenakan tarif yang berbeda, yaitu Rp30.000. Tiket khusus wisatawan asing Rp25.000/orang. Jika merasa lelah mengitari Kebun Raya disediakan sepeda untuk sekedar menikmati alam sekitar dengan tarif Rp15.000/jam dan disediakan mobil wisata untuk Pengunjung, Dewasa Rp. 15.000 dan Anak Usia 3-5 Tahun Rp10.000. Lalu ketentuan di sana dilarang menggunakan Drone. Tertarik merelaksasikan otak dan mata sejenak di Kebun Raya Bogor? 😊

2 komentar:

  1. Wah tempatnya asri sekali ya mbak jadi pingin ke Bogor nih (ketahuan belum pernah ke Bogor) :D dan tugu yang dibuat raffles itu romantis sekali ya, raffles pasti sayang banget sama istrinya T^T.

    BalasHapus
  2. iya mbak. enak banget dan gak kerasa saya sudah berjalan 3 km selama 2 jam keliling2 sambil foto-foto. :) iyaaa romantis banget

    BalasHapus

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)